RAT 787

Selasa 08 Jul 2025 - 20:12 WIB
Reporter : Gus Munir
Editor : Eris Munandar

Dalam kasus Air India, RAT itu pun tidak mampu menolong kejatuhan pesawat: menimpa gedung pendidikan dokter. Dari total 260 yang meninggal 18 di antaranya yang berada di gedung itu. Penumpang dan seluruh awaknya sendiri hanya 243 –semua meninggal kecuali satu penumpang ajaib berumur 40 tahun yang duduk di kursi nomor 11A.

Kursi itu tepat menempel di pintu darurat. Saat pesawat menimpa gedung, pintu daruratnya membuka. Penduduk Leicester, Inggris, yang baru menengok kampung leluhurnya di India itu meloncat lewat pintu itu dan lari di dekat api yang mulai membakar lokasi. Saudara kandungnya –dapat tempat duduk terpisah jauh– ikut tewas.

BACA JUGA:Dahlan Iskan Harap Disway Group Bisa Jadi “Agama Baru”, Menpora Minta Dukung Program Olahraga dan Kepemudaan

BACA JUGA:Disway Gratis

Penumpang ajaib itu tercatat sebagai orang nomor tiga satu-satunya penumpang hidup dalam kecelakaan pesawat. Yang pertama, Juliane Koepcke. Gadis 17 tahun. Saat dia terjerembab ke bumi masih terikat sabuk pengaman di kursinyi. Itu kecelakaan pesawat tahun 1971. Selebihnya, 90 orang penumpang tewas.

Saat itu pesawat berada di ketinggian 3 km. Petir menyambarnya –saat itu teknologi antipetir pesawat belum secanggih sekarang. Pesawat meledak di udara. Juliane terpental bersama kursinyi. Dia jatuh dari ketinggian 3 km bersama kursinyi. Kursi itu telah jadi semacam payung bagi penerjun bebas.

Yang kedua, Cecelia Cechan. Dia anak kecil berumur empat tahun. Dia luka parah tapi hidup. Yang membuat Cechan selamat adalah karena Cechan dalam posisi dipeluk sangat erat oleh ibunyi. Sang ibu tewas bersama 154 orang penumpang.

Kejadian itu sudah begitu lama: tahun 1987. Yakni kecelakaan pesawat Northwest Airlines yang take-off dari Michigan.

BACA JUGA:Disway Malang

BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1

Seandainya Air India itu sudah sempat terbang tinggi kemungkinan selamat masih ada. RAT bisa berfungsi untuk mencari tempat pendaratan darurat.

Tapi saat pilot mengaktifkan RAT pesawat masih sangat rendah. Begitu RAT diaktifkan pesawat sudah hancur.

Maka di saat naik pesawat dari Denpasar menuju Perth sekarang ini (kemarin pagi) saya teringat kehebatan pilot Garuda yang terbang dari Lombok. Kejadiannya 23 tahun lalu. Di ketinggian maksimalnya, dua mesinnya mati satu per satu. Sang pilot, Kapten Abdul Razak, masih bisa mengendalikan pesawat yang menurun dengan cepat. Sang pilot melihat ada air di bawah sana. Ia daratkan pesawat itu di sungai Bengawan Solo. Hanya satu pramugari yang tewas –itu pun karena keburu loncat.

Rasanya kecelakaan di Ahmadabad itu akan berbuntut panjang. Gugatan hukum mulai dilayangkan di Inggris –oleh keluarga penumpang Inggris. India sendiri mulai melihat sisi sabotase. Langka: Dua mesin mati bersamaan. Kali pertama terjadi. Banyak spekulasi sudah diabaikan: soal sayap, soal gear pendaratan, soal pasokan bahan bakar. Semua berfungsi baik. Soal bahan bakar misalnya, pesawat lain tidak terganggu.

BACA JUGA:260 Disway

BACA JUGA:Disway Network dan B Universe Jalin Kemitraan

Kategori :