Maka setelah ke Moskow dan St Petersburg, Bung Karno ke Tashkent, ibu kota Uzbekistan. Dari teater ini saya baru tahu: perjalanan Bung Karno dari Tashkent ke Samarkand ternyata naik kereta.
Saya ke Samarkand naik pesawat. Ikut pesawat kepresidenan Soeharto. Tahun 1989. Di tahun 1956 belum ada pesawat dari Tashkent ke Samarkand.
Adegan Bung Karno dan rombongan naik kereta api cukup menarik. Di situ delegasi Indonesia kelihatan naik kereta ekonomi. Di zaman itu tidak ada kelas eksekutif. Pilihannya hanya dua: ekonomi atau kereta malam –ada tempat tidur susun. Yang terakhir itu hanya untuk jarak jauh.
Kereta api Tashkent-Samarkand ''hanya'' enam jam. Zaman itu masih pakai lokomotif yang dijalankan dengan batu bara. Benar-benar masih kereta api. Lokomotif diesel memang sudah ada tapi baru mulai ada. Baru untuk jalur-jalur utama.
BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1
BACA JUGA:260 Disway
Dari adegan di makam Imam Bukhari saya juga baru tahu: Bung Karno berziarah di malam hari yang gelap. Anda pun belum tahu: Bung Karno memasuki makam itu dengan ''laku ndodok''. Yakni berjalan dalam posisi jongkok.
Jalan model begini biasa dilakukan di keraton Jawa. Juga saya lakukan di masa kecil –saat akan mendekati nenek atau orang yang dituakan. Di setiap Lebaran, anak-anak muda harus bisa melakukan ini di acara sungkeman halal bihalal. Yang tidak bisa akan jadi bahan tertawaan dan olok-olok. Wanita lebih sulit melakukannya karena pakai kain jarit kebaya.
Saya terkesan dengan cara Bung Karno dan para menterinya laku ndodok di makam itu. Termasuk menteri J. Laimena yang bukan Jawa dan bukan Islam. Sutradara Ahmad Fauzi dan produser Restu Imansari berhasil menciptakan adegan ''laku ndodok'' dengan uniknya –lebih unik dari aslinya.
Yang juga baru bagi saya adalah ini: Bung Karno berzikir di makam itu lama sekali. Sampai ada adegan seorang menteri mendekati Bung Karno, menepuk bahunya, dan mengingatkan ''hari sudah pagi''. Berarti khusyuk sekali Bung Karno di makam itu. Sepanjang malam. Sampai tidak ingat waktu.
BACA JUGA:Disway Network dan B Universe Jalin Kemitraan
Peristiwa Bung Karno ke makam Imam Bukhari lantas menjadi seperti legenda. Di Indonesia. Juga di Uzbekistan. Sampai ada narasi ''Bung Karno''-lah yang menemukan makam Imam Bukhari –secara tidak langsung.
Zaman itu Islam ditumpas habis di Uni Soviet. Termasuk di Uzbekistan. Masjid-masjid dihancurkan. Apalagi madrasah. Makam Imam Bukhari sendiri menjadi seperti makam telantar.
Itu hanya sebagian benar. Banyak madrasah dan masjid peninggalan Ulugh Begh yang sebenarnya dihancurkan oleh Islam sendiri –yakni aliran Islam ekstrem yang tidak setuju dengan Islam liberal zaman Ulugh Begh.
Ini rupanya mirip dengan lahirnya gerakan Imam Al Ghazali sebagai reaksi atas kebablasannya Islam liberal di zaman keemasan Abbasyiah.