Untuk sementara ketua umum Gereja Bethany Nusantara dijabat Pendeta Samuel Kusuma. Pusat sinode-nya di Balikpapan. Dari 145 gereja di bawah GBN, mayoritas memang di Kaltim dan Kaltara.
Maka tepat kalau mereka pakai nama ''Nusantara'' –dekat dengan ibu kota baru Indonesia.
BACA JUGA:Pasokan Minim, Harga Kelapa Melonjak hingga 50 Persen
BACA JUGA:Minta Pedagang Tak Naikkan Harga Berlebihan
Saya sering bicara dengan Pendeta Samuel. Ia sudah ''generasi'' ketiga dalam sejarah pertengkaran di Bethany.
Di pihak Bethany ''Nginden'' juga sudah dipimpin ''generasi'' ketiga: Bambang Henky. Samuel dan Henky tidak terlalu dalam dalam ikut di awal pertengkaran.
Generasi'' pertamanya sudah meninggal dunia. Baik di kubu sana maupun di kubu sini: Pendeta Alex dan Pendeta Leo. Meninggalnya dua tokoh ini telah membuka suasana baru.
Apalagi ''generasi'' keduanya sudah lelah bertengkar meski masih enggan bersatu. Muncullah generasi ketiga. Tampillah Pendeta Samuel. Nama ''Nusantara'' sudah lama saya dengar. Idenya dari Pendeta Samuel. Yakni sejak gencar-gencarnya nama ''Nusantara'' disebut sebagai ibu kota Indonesia.
BACA JUGA:Jelang Lebaran, Permintaan Bumbu Meningkat
BACA JUGA:Jaga Stabilitas Harga , Gelar Bazar Murah Sembako
Begitu GBN jadi sinode baru di PGLII, langsung dapat bonus: akan jadi tuan rumah Muktamar PGLII tahun 2025 akhir Maret ini.
Di Munas itulah nanti Samuel dan Henky akan bertemu dengan posisi dan hak suara yang sama: sama-sama ketua sinode. Skornya juga 1-1: GBN punya lebih banyak gereja, GBI punya lebih banyak harta.
Anda sudah tahu: gerakan gereja di Indonesia sama dengan di dunia di zaman modern ini. Gerakan pertama bersifat oikumenikal. Lalu muncul jenis gerakan kedua: evangelical.
Yang satu lewat gereja sebagai lembaga, satunya lagi lewat pribadi-pribadi sebagai penginjil.
BACA JUGA:Jula Beras Murah hingga Cabai
BACA JUGA:Dampak Penertiban Lahan, Perusahaan Minta Solusi