Ke hutan itulah pagi harinya saya pergi. Naik mobil dulu. Lalu jalan kaki. Masuk-masuk ke rerimbunan pohon. Sampai jauh ke dalamnya.
"Ada nyamuk di sini?”
"Tidak ada".
"Ada harimau?”
"Tidak ada".
"Ular?”
"Kadang-kadang".
Ini wilayah yang berbeda di Ethiopia. Ada sumber air di tengah hutan itu. Banyak. 40 sumber (Arba Minch). Airnya jernih sekali. Saya minum dari parit di situ. Pakai daun yang mirip daun talas. Airnya tidak bisa menempel di daun.
Lapar.
BACA JUGA:Pilih Bertahan di Lokasi Banjir
BACA JUGA:Pria Tua Ditemukan Tak Bernyawa di Kamar Mandi
Saya tidak mau diajak lihat peternakan buaya. Bukan karena saya sendiri buaya, tapi sudah pernah melihatnya di Tarakan, Kaltara. Juga sudah melihat yang lebih besar di Darwin, Australia Utara.
Kami pun keluar dari hutan. Ke kota. Cari restoran paling terkenal di situ.
Jalan dari hutan ke kota masih berdebu. Kanan kirinya lagi digali. Bangun parit. Juga trotoar.
Di resto itu saya melihat banyak wanita berkerudung putih. Juga berbayu seperti abaya sewarna.
BACA JUGA:5 Ide OOTD Hijab dengan Topi Bucket, Biar Makin Stylish dan Kece