Oleh: Dahlan Iskan
MATI satu belum tumbuh yang baru. Yang akan meninggal itu sendiri terlihat sangat gelisah: "siapa yang akan meneruskan semua ini kalau saya meninggal dunia".
Dua minggu kemudian ia meninggal dunia beneran. Di RS Mitra Plumbon, Cirebon. Rabu dini hari lalu. Di usia 75 tahun. Ia adalah kiai besar. Sastrawan. Lulusan Mesir, Tunisia, Libya dan London. Anda sudah tahu: beliau adalah Buya Syakur. Dari Indramayu.
Anak pertamanya baru lulus fakultas kedokteran. Masih koas. Anak satunya lagi masih di madrasah aliyah –setingkat SMA di Tasikmalaya.
Buya memang menikah lagi belakangan. Istrinya yang sekarang, kini berusia 55 tahun.
Buya Syakur dikenal luas karena pemikirannya yang rasional. Banyak sekali pendapatnya yang kontroversial.
BACA JUGA:Banjir Kian Melanda Setiap Hari
BACA JUGA:Warga OKUS Ditangkap di Prabumulih, Diduga Ngecor BBM
Seandainya tidak ada YouTube Buya Syakur hanya akan dikenal oleh kalangan terbatas. Padahal ia diakui sebagai kiai hebat pun oleh tokoh sekelas Gus Dur. "Di Indonesia hanya ada tiga orang yang bisa disebut cendekiawan muslim," ujar Gus Dur suatu saat. Mereka itu adalah Nurcholish Madjid, Quraish Shihab, dan Buya Syakur. Tentu harusnya ada empat: Gus Dur sendiri yang nomor satu.
Dengan YouTube kini nama Buya Syakur sering viral. Yang bukan orang Islam pun sering mengikuti videonya. Ia memang seorang prulalis. ''Jangan mimpi akan ada persatuan pun dalam Islam sendiri. Terimalah perbedaan," katanya di salah satu videonya.
Buya menyebut ahli sunnah pernah membunuh 10.000 orang Islam dari golongan Mu'tazilah. Gara-garanya Mu'tazilah berpendapat Tuhan tidak intervensi dalam perjalanan nasib manusia.
Katakanlah yang non ahli sunnah tidak ada lagi. Syi'ah, Ahmadiyah, Baha'iyah dihabisi. Tinggal ahli sunnah. "Nanti akan bertengkar juga di antara aliran dalam ahli sunnah," ujarnya.
Baru tahun 1991 Buya kembali ke tanah air. Waktunya habis untuk kuliah. Selama 20 tahun sekolah. Terakhir beliau mengambil gelar doktor di London. Jangan kaget: doktornya di bidang teater. Disertasinya tentang dialog dalam teater. Buya memang seniman. Suka menulis puisi. Sudah dibukukan.
BACA JUGA:Berkas Sarimuda Dilimpahkan ke PN Palembang, ini Total Kerugian Negara
BACA JUGA:Lawan Crystal Palace, Momen Arsenal untuk Bangkit