Selama menunggu kakak itulah Kwik ditanya mau kuliah di mana.
"Cita-cita saya kuliah di London School of Economic. Di Inggris," jawabnya.
BACA JUGA:Vinicius Junior Diincar Klub Liga Pro Saudi, Madrid Santai
BACA JUGA:Ronaldo Makin Dekat dengan 1000 Gol
"Mau ambil jurusan apa?” tanya si kakak.
"Ambil ilmu politik," jawabnya.
"Mengapa?”
"Mau terjun ke pemerintahan ikut mengatur negara," jawabnya.
"Mengatur negara itu jangan lewat ilmu politik. Harus lewat ekonomi," ujar sang kakak. Lalu dijelaskanlah soal bagaimana hubungan ekonomi dan kemajuan negara.
Sejak itu Kwik berubah pikiran. Ia lantas kuliah ekonomi. Di Rotterdam. Yakni di almamater yang sama dengan ayah Prabowo Subianto, Prof Dr Soemitro Djojohadikoesumo –kelak jadi begawan ekonomi dan tokoh pemberontakan PRRI.
Di kampus itu pula Radius Prawiro kuliah –kelak jadi menteri keuangan di zaman Pak Harto. Di situ pula Bung Hatta –proklamator kemerdekaan bersama Bung Karno. Juga Ferry Sonneville, juara dunia bulu tangkis dan pengusaha besar.
BACA JUGA:Tips Padu-Padan Baju Hijau Agar Tampil Kece dengan Warna yang Pas
BACA JUGA:Rahasia Ikan Goreng Tepung yang Renyah dan Lembut, Langsung dari Chef Ahli!
Di kampus itulah Kwik kenal gadis Belanda yang bekerja di bagian administrasi universitas. Mereka pacaran. Kawin. Dibawa Kwik ke Indonesia.
Di Belanda, Kwik masuk ke dalam klub mahasiswa elite dan eksklusif. Yakni klub yang anggotanya hanya anak bangsawan dan miliarder. Anak pemilik perusahaan Philips ada di klub itu.
"Saya mengaku anak miliarder dari Indonesia," ujar Kwik. "Toh mereka tidak tahu," tambahnya terkekeh.