Dalam kerja sama itu kelihatannya Wilmar Padi akan bertindak mirip Bulog-nya swasta. Di saat panen Wilmar membeli gabah, digiling di pabriknya jadi beras. Itulah beras merk Sania.
Sukarto Bujung juga terjun ke beras. Awalnya ia pedagang beras di Palembang. Lalu mendirikan PT Buyung Poetra Sembada Tbk, bergerak di beras premium. Kode emitennya HOKI. Merk berasnya Topi Koki.
BACA JUGA:Digugat Ari Bias Soal Royalti, Agnez Mo Santai
BACA JUGA:Cetak Sejarah, Arkhan Kaka Patahkan Capaian Ronaldo
Demikian juga Joko Mogoginta. Perusahaannya, PT FKS Food Sejahtera Tbk (AISA) juga terjun ke sawah.
Saya tidak terlalu tahu partner CREW 8 yang akan menangani pupuk: Biotek. Di zaman ini terlalu banyak produk pupuk hayati di pasaran. Ibaratnya semua orang bisa bikin pupuk hayati.
Semua merek mengaku yang terbaik. Saya sudah mencoba banyak jenis pupuk hayati namun hasilnya, rasanya, kurang lebih sama.
"Semua merek itu pada dasarnya punya komposisi yang sama. Sudah standar," ujar sahabat Disway yang juga memproduksi pupuk hayati.
BACA JUGA:Kalahkan Myanmar, Shin Tae Yong Nilai Pemain Indonesia Melebihi Ekspektasi
BACA JUGA:Bakar Kantor Pajak, Mantan Satpam Ngaku Sakit Hati
Komposisi pupuk hayati adalah bakteri penambat nitrogen, bakteri pelarut phosphate dan bakteri pengurai. "Paling ditambah hormon-hormon tumbuh dan enzim tertentu," katanya.
Saya saya tahu Biotek punya pabrik di Solo. Juga di Bogor. Tapi saya belum pernah berkunjung ke sana.
Partner CREW 8 satunya saya juga kenal baik dengan ”pemiliknya”: Dr Ir Sugeng Edi Waluyo lah yang mendirikan Sekretariat Nasional Badan Usaha Milik Petani (Seknas BUMP).
Dr Edi memang gigih memperjuangkan nasib petani. Ia ingin agar petani mau membuat badan usaha. Lalu mengelola pertaniannya secara bisnis.
BACA JUGA:Minta ASN tidak Terlibat Judol dan Pinjol
BACA JUGA:Hadiri Puncak Hakordia 2024, Menteri Nusron Teguhkan Komitmen Berantas Korupsi