Oleh: Dahlan Iskan
"Ini bagaimana? Saya terima atau tidak?"
Yang bertanya itu pengusaha besar dari Semarang. Anda sudah kenal namanya: Irwan Hidayat. Si pemilik raksasa pabrik jamu Sido Muncul.
Rupanya hati Pak Irwan sedang gundah. Ia harus menerima gelar doktor honoris causa. Yang memberikan: Universitas Negeri Semarang. Ia pun minta pertimbangan saya.
Saya menangkap kegundahan itu. Medsos lagi menghebohkan pemberian gelar serupa kepada seorang artis ibu kota Jakarta. Saya lupa lembaga apa yang memberikannya.
Juga lagi heboh soal gelar doktor afdruk kilat untuk menteri ESDM sekaligus ketua umum Golkar: Bahlil Lahadalia.
BACA JUGA:Terima Laporan Hasil Kajian Pencegahan Maladministrasi
BACA JUGA:Tingkatkan Ketahanan Pangan, Lakukan Budidaya Ikan
Dua peristiwa itu membuat hati Irwan Hidayat tidak nyaman. Saya sendiri pernah menerima gelar seperti itu dua kali –lebih banyak lagi yang saya tolak.
Orang yang mendesak agar saya mau menerimanya adalah: rahasia. Tidak. Tidak lagi rahasia. Beliau sudah meninggal: Letnan Jenderal TNI T.B. Silalahi.
Pertimbangan beliau: saya akan diikutkan konvensi calon presiden. Saya hanya lulusan Madrasah Aliyah –setingkat SMA. Itu beliau anggap kelemahan. Perlu ditutupi. Agar bisa memenangkan konvensi Partai Demokrat.
Saya sendiri punya syarat tambahan untuk mau menerimanya: harus ada ilmuwan yang menyampaikan pidato pertanggungan jawab ilmiah: bahwa saya berhak menerimanya.
BACA JUGA:Cegah Stunting, Beri Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lewat Dahsat
BACA JUGA:Negara Berpotensi Rugi 1,2 Triliun dari Subsidi Listrik
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang menampilkan Prof Dr Nur Syam. Beliau yang membuat naskah pertanggungan jawab itu.