BPS Ungkap Faktor Kemiskinan, Indonesia Sulit Maju
Untuk menjadi sebuah negara maju, angka tingkat kemiskinan menjadi salah satu indikator yang harus menjadi fokus utama Pemerintah, tidak terkecuali di Indonesia.-Photo ist-Eris
JAKARTA- Untuk menjadi sebuah negara maju, angka tingkat kemiskinan menjadi salah satu indikator yang harus menjadi fokus utama Pemerintah, tidak terkecuali di Indonesia.
Sayangnya, tingkat kemiskinan di Indonesia masih belum mengalami penurunan yang signifikan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan memang telah mengalami sedikit penurunan dalam 10 tahun terakhir ini. Di mana angka kemiskinan yang berjumlah 28,3 Juta pada Maret 2014 kini telah turun ke angka 25,2 Juta pada Maret 2024.
Namun hingga Maret 2024, angka tingkat kemiskinan di Indonesia masih berjumlah sebanyak 9,03 Persen.
BACA JUGA:Bakal Lantik Serentak Secara Bertahap, Ini Alasannya
BACA JUGA:Bareskrim Pastikan Kasus Pegi Setiawan Masih Diusut
Jumlah tersebut masih belum mencakup jumlah minimal tingkat kemiskinan negara maju yang sebesar 8 Persen untuk masyarakat papan bawah dan 1 Persen untuk masyarakat papan atas.
Menurut Sekretaris Utama BPS Imam Machdi, alasan dibalik tertahannya penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia ini kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh harga komoditas pokok yang terus melonjak naik selama Maret 2023 ke Maret 2024 ini.
"Kenaikan harga komoditas ini tentunya memengaruhi tingkat konsumsi dan pengeluaran masyarakat," ujar Imam dalam keterangan tertulis resminya, Senin 08 Juli 2024.
Berdasarkan komponen pembentuknya, peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan bukan komoditas makanan.
BACA JUGA:Pergoki Maling Polisi Ditodong Senpi, Bukannya Takut Tapi Dikejar
BACA JUGA:Oknum Pendeta Tipu Nasabah Rp52 Miliar
Pada Maret 2024, peranan komoditas makanan mencapai 74,44 persen, sementara komoditas bukan makanan sebesar 25,56 persen terhadap garis kemiskinan.
Selain itu, faktor lain yang juga memengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia adalah masih lemahnya penegakkan hukum, serta lemahnya pemanfaatan sumber daya alam yang sampai saat ini masih belum bisa dimanfaatkan dengan semestinya sehingga Indonesia kehilangan potensi pendapatan.(*)